Sabtu, Mei 23, 2009

Vios VS City Neo Baleno: A little Bit Of This And That

Release Date

:

Rabu, 20 Mei 2009

Media

:

Top Gear, at page 70-74, size 5400 mmk

Author/Journalist

:

Billi Israj

Mengajak ketiga small sedan ini sama-sama turun gelanggang agak tricky. Selain dimensi dan akomodasi tidak jauh berbeda, performa pun hampir seimbang di jalanan nyata. Keunggulan sedikit akan menggoda Billy Israj untuk menjagokannya.

Kemunculan All New Honda City menandai terobosan baru sedan sub-compact di Indonesia. Kali ini, dengan tingkat harga semakin kompetitif, City memosisikan diri sebagai satu genre baru sedan sub-compact yang mempunyai peforma optimal dalam banyak sektor.

Begitu juga dengan Suzuki. Produk-produk yang mereka hasilkan tergolong moderat dan selalu mengikuti pakem compact tapi tidak kecil. Nyatanya, itu semua secara perlahan namun pasti mulai bergeser setelah Suzuki meluncurkan sedan Baleno yang dikembangkan berbasis SX4.

Lain pada Vios, ada bahasa baru yang ingin diinterpretasikan dalam desainnya. Lebih muda, lebih dinamis, lebih bergaya, dan terutama adalah lebih new look dengan gaya edgy-nya. Mmm... biar tidak penasaran, mari kita telaah ketiganya lebih lanjut.

Kesan pertama saat memandang eskterior ketiga mobil ini adalah dominannya elegan, sporty, dan modern. Hanya City yang pendek, selebihnya bonnet yang tinggi ditunjukkan Baleno dan Vios. Kualitas pembuatan, kerapian, dan tingkat presisi pemasangan panel juga dapat acungan jempol. Semuanya telah mengalami peningkatan.

Masuk ke kabin City dan Vios, terasa atmosfer mewah dan modern yang kuat, berbeda Baleno yang terkesan polos. Di sini, hanya Vios yang menawarkan kelir two tone yang hangat dan riang. Satu-satunya yang memusingkan kami saat berkendara adalah panel indikator Vios yang kekeuh di posisi tengah.

Penataan ruang dalam ketiganya dibuat sesimpel mungkin tapi efektif agar volume-nya bisa dioptimalkan. Di bagian dalam, City lebih mirip versi sedan dari Civic hatchback versi Eropa. Terbukti para penumpang yang duduk di jok depan dan belakang memunyai jatah ruang gerak yang cukup maksimal untuk kepala, lutut, dan kaki. Apalagi, jok belakang yang bisa reclining.

Namun, melihat ukuran lebar panjang Baleno dan sistem split 40:60 dengan sandaran tangan di tengah, jok belakang Baleno terasa lebih nyaman dihuni sepasang orang dewasa atau tiga penumpang non-dewasa. Beda dengan kursi-kursi Vios yang lebih melahirkan kesan baik. Joknya empuk tentu. Jadi, saat rpm rendah, hanya satu katup dilnpis fabric lembut dan nyaman disentuh ketimbang lawannya. Strukturnya ergonomis dan sandarannya pas menyangga pinggang serta punggung. Selain bisa digeser dan rebah, khusus kursi pengemudi, juga dilengkapi height adjuster.

Fitur yang mendongkrak kesan mewah justru ada di Baleno dan Vios adalah pengatur audio dari palang kemudi. Tombol-tombol yang dikendalikan jari-jari tangan kiri itu mengatur volume naik-turun, pindah track CD, dan mode (CD, FM, AM). Bagi yang tidak terbiasa, fitur ini tidak banyak disentuh, karena posisi kontrol audio di center panel juga dalam jangkauan.

Perjalanan dimulai di tol dalam kota. Terasa sekali keunggulan akselerasi dan top speed City ketimbang yang lain. Aplikasi SOHC i-VTEC yang memproduksi 120 ps pada 6.600 rpm dan torsi 145 Nm pada 4.800 rpm jadi salah satu mesin terkuat di kelasnya. Dibandingkan generasi lama, ada kenaikan produksi daya maksimal sebesar 10 hp. Apa yang membedakan? Pada SOHC VTEC mesin terdahulu, hanya membuka atau menutup satu dari dua katup masuk/silinder pada rpm ter yang beroperasi sehingga mesin irit, tapi mulai rpm tertentu katup kedua ikut kerja sehingga peforma meningkat. Pada mesin i-VTEC baru, waktu bukaan dan seberapa lebar bukaan divariasi sejak awal.

Di kelasnya, belum ada yang menggunakan gearbox 5AT. Honda melengkapinya dengan Grade Logic Control agar kinerjanya optimal dan efisien. Dibarengi teknologi Active Lock Up System sehingga perpindahan gigi lebih lebih halus, jeda waktu saat perpindahan gigi lebih pendek dan akselerasi lebih cepat.

Namun, bukan berarti M15A milik Baleno juga tidak bisa diandalkan. Berbekal VVT, kerja katup dapat disesuaikan menurut kondisi pemakaian sehingga output mesin lebih optimal. Torsi puncak sebesar 143 Nm memang didapat pada 4.000 rpm, tapi distribusinya merata pada rentang putaran mesin yang cukup lebar. Mayoritas torsi -- sekitar 140 Nm -- sudah tersedia mulai dari 1.500 rpm hingga 4.000 rpm. Alhasil, akselerasi yang responsif sudah terasa di putaran bawah dan tengah kendati kurang mengigit di rpm atas.

Namun juga, tidak ada yang meragukan mesin 1NZ-FE milik Vios. Meski kapasitasnya kecil, tapi dijejali berbagai teknologi modern untuk 'memompa' mesin agar unjuk kerjanya optimal. Mesin ini pula yang membuat City dan Baleno sulit menghilang dari kejarannya. Selain VVT-i (Variable Valve Timing-intelligent), juga ada reverse induction system serupa mesin 1ZZ-FE yang dipakai Co-fleksibilitas tinggi dan kelancaran aliran output mesin pada berbagai kondisi pengendaraan. Belum lagi adopsi teknologi baru intelligent drive by wire dengan ETCS-i sukses membangun kesan bagus.

Di jalan aspal mulus, peredaman suspensi City memang nyaman, tapi terasa agak keras di lintasan yang keriting. Putaran kemudi City terasa sedikit lebih berat tapi weighted-nya bisa dikategorikan proporsional. Secara umum, pengendalian dia tergolong balance sehingga gesit menyelinap di tengah kepadatan lalu lintas.

Beda dengan Vios. Di jalan aspal mulus dan tidak mulus dalam kota, Vios terasa lebih stabil dan mantap karena suspension rolling dan tramping relatif sedikit. Jarak sumbu roda yang panjang dapat mereduksi gejala pitching, tapi digantikan bounching. Memasuki tikungan, gejala body roll terasa minimal. Kinerja suspensi yang cukup baik juga membantu perolehan optimasi catatan akselerasi awal.

Jadi, siapa yang Anda pilih? TG Team masih berdebat soal ketiganya. Saya yang kepincut City mendapat tentangan keras dari Heri Samuel yang memilih Neo Baleno dan Andi Wahyudi yang kadung memilih Vios. Mmm... lihat hasilnya tahun depan, akankah tahta Neo Baleno Bertahan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar