Rabu, Agustus 26, 2009

Konsistensi Toyota Best Total Ownership Experience* & Keseriusan Pembangunan Infrastuktur Toyota Di Indonesia

Jakarta 24/8 - Sejalan dengan komitmen untuk selalu memberikan The Best Total Ownership Experience kepada pelanggan, Toyota mengumumkan pengoperasian Sunter Common Yard, fasilitas terpadu yang mengintegrasikan aktifitas penjualan dan logistik Toyota. Menempati lahan seluas 14 Ha, hadirnya Common Yard kedua Toyota di Indonesia ini memungkinkan lebih terjaganya kualitas kendaraan, akurasi pengiriman unit kepada pelanggan, serta meningkatkan efisiensi karena di Sunter Common Yard ini proses administrasi, pemasangan aksesori, persiapan unit, dll dilakukan dalam satu atap.

Konsep Common Yard diimplementasikan Toyota secara global, di negara yang sistem hubungan dealership-nya kondusif untuk hal tersebut. Indonesia adalah negara ketiga, setelah Jepang dan Eropa, yang menggunakan konsep ini. Common Yard bukan sekedar gudang atau lahan untuk menyimpan stok, karena di dalam Common Yard berlangsung prosedur-prosedur lain seperti adanya Central of Administration Office (sentralisasi pendaftaran STNK), PIO (Port Installation Option) untuk pemasangan Toyota Genuine Accessories, sentralisasi & standarisasi pengelolaan unit sebelum dikirim ke pelanggan, bahkan Dojo sebagai pusat pelatihan demi kesempurnaan proses pengiriman unit kepada pelanggan.

“Common Yard ini dibangun untuk meningkatkan kualitas Total Ownership Experience kepada pelanggan Toyota, khususnya dalam hal “OBTAIN” atau saat pelanggan mendapatkan kendaraanya, dalam hal ini adalah masa tunggu yang lebih singkat, akurat, dan sama di semua dealer, serta terjaganya kualitas kendaraan yang dikirimkan,” papar Johnny Darmawan, Presiden Direktur PT Toyota-Astra Motor.

Sunter Common Yard dialokasikan untuk unit Avanza dan Rush, serta unit CBU dengan kapasitas total mencapai 5000 unit. Investasi sebesar 50 milyar rupiah dikucurkan demi pembangunan Common Yard kedua Toyota di Indonesia ini. Common Yard pertama adalah di Karawang dengan biaya 40 milyar rupiah, untuk unit Kijang Innova dan Fortuner. Lokasi ketiga adalah Cibitung Common Yard, tengah dalam proses pembangunan dengan jumlah investasi melebihi 160 milyar rupiah dan direncanakan untuk menampung unit CBU dengan luas 23 Ha.

“Selain untuk terus meningkatkan kepuasan pelanggan, tahapan pembangunan infrastruktur Toyota di Indonesia yang kami lakukan secara berkelanjutan seperti ini merupakan refleksi dari keseriusan Toyota dalam menggarap pasar dan industri otomotif nasional,” tegas Johnny Darmawan. “Semoga ini berujung pada semakin meningkatnya stabilitas perekomian nasional dan banyak pihak dapat memetik manfaatnya,” harapnya.

Dalam kesempatan yang sama Toyota juga memperkenalkan penggunaan sistem GPS di seluruh unit Car Carrier (mobil gendong) yang mengirim kendaraan dari Sunter Common Yard ke dealer. Dengan sistem ini, dapat dilakukan pemantauan posisi kendaraan yang tengah dikirimkan. Tahapan berikutnya, Toyota berupaya agar pihak dealer maupun pengirim dapat mengontrol kendaraan tersebut dengan informasi lebih lengkap melalui akses informasi berbasis internet.

“Dalam era mobilitas dan komunikasi yang semakin konvergen, Toyota tidak hanya mengembangkan integrasi teknologi komunikasi dan transportasi melalui layanan informasi kepada pelanggan, seperti M-Toyota atau Toyota Mobile Web. Penggunaan GPS pada mobil gendong ini juga merupakan bukti inovasi Toyota dalam menggarap semua bidang demi meningkatan kepuasan pelanggan,” ungkap Johnny Darmawan. Juga ditegaskan bahwa Car Carrier Toyota adalah buatan lokal, sehingga mendukung perkembangan industri terkait.

Upaya Toyota dalam hal layanan, infrastuktur, produk yang unggul dan handal, tentunya diiringi konsistensi dalam merangkul lingkungan hidup maupun sosial di sekitarnya. Pembangungan Sunter Common Yard telah memperhitungkan kondisi lingkungan rawan banjir sehingga memiliki sistem yang mengamankan mobil dari bahaya terendam banjir sekaligus menjaga stabilitas ekosistem. Dengan pertimbangan itu pula lah, di dalam Common Yard dibangun lahan resapan berukuran 100x4x2 meter, serta tidak menggunakan lapisan beton melainkan conblock agar aliran air tidak terhambat ke tanah.

*) Toyota Best Total Ownership Experience : bahwa Toyota tidak sekedar menyediakan produk yang handal, awet dan berkualitas kepada pelanggan, melainkan dalam satu paket dengan layanan pra dan purna jual dari jaringan layanan seluruh Indonesia, kemudahan akses informasi serta kekuatan brand Toyota.

Senin, Agustus 24, 2009

Mengapa Toyota tidak membuat mobil listrik sekarang?


"Kenapa Toyota menunggu untuk meluncurkan mobil listrik?” kata Tadashi Tateuchi, mantan disainer mobil balap yang kini menjadi pecinta dan mengkampanyekan mobil listrik. Dia mendirikan Klab Mobil Listrik Jepang 15 tahun lalu untuk mendorong produsen mobil Jepang memproduksi mobil listrik. ”Toyota bisa membuatnya besok jika mau,” katanya.

Menurut executive vice president Toyota, Masatami Takimoto kepada AFP, saat ini belum tiba masanya mobil listrik. “Mobil listrik masih menghadapi banyak tantangan. Untuk komersialisasi mobil listrik, kita butuh baterai yang jauh lebih baik dari teknologi yang ada sekarang,” tambahnya.

Selain teknologi baterai yang belum siap –saat ini Toyota sedang mengembangkan teknologi baterai baru yang kelak kapasitas penyimpannya bisa berlipat kali dari sekarang– beberapa hal juga jadi pertimbangan.

Toyota tidak ingin mengecewakan konsumennya dengan meluncurkan mobil listrik yang tidak memberikan manfaat maksimal. Saat ini daya jelajah mobil listrik masih sangat terbatas dan waktu re-charge juga terbilang lama. Menambah daya jelajah berarti menambah baterai. Selain berat, harganya juga mahal.

Toyota juga mempertimbangkan kehandalan teknologi baterai untuk aplikasi otomotif. Toyota perlu memastikan kembali hal itu.

Harga mobil listrik saat ini masih mahal, dan margin keuntungannya juga tipis. Saat ini bukan saat yang tepat. Toyota sedang bekerja keras menyeimbangkan diri dari terpaan krisis ekonomi dunia. Dan tahun ini masih jadi masa-masa sulit meskipun sudah terlihat cahaya di ujung terowongan.

Toyota juga menilai pasar belum siap untuk mobil listrik. Jaringan infrastruktur re-charge juga masih sangat terbatas.

Juga belum jelas benar kapan tiba waktunya mobil listrik yang mahal bisa dipasarkan secara luas. Dan jika bisa dipasarkan secara luas, mobil ini tetap memiliki daya jelajah terbatas.

Toyota sendiri lebih memilih mengembangkan fuel cell, dimana energi listrik mobil dibangkitkan secara mandiri di mobil lewat proses kimia antara hidorgen dan oksigen. Proses ini menghasilkan listrik yang disimpan di baterai. Sementara emisinya hanya uap air.

Dan Toyota sudah membuktikan daya jelajahnya berlipat kali dari mobil listrik seperti ditunjukkan Toyota Highlander FCHV.Toyota juga sudah berhasil mengembangkan tangki penyimpanan hidrogen dengan kapasitas dua kali lipat tangki konvensional.