Jumat, Juli 04, 2008

Industri Otomotif Pasca Kenaikan Harga BBM: BERHARAP 'BUNGA' BERSAHABAT


Hantaman kenaikan BBM rata-rata 28,7% bukanlah gelombang pertama bagi industri otomotif nasional. Sebelumnya sudah 'terpukul' oleh kenaikan harga bahan baku. "Baja naik 60%, plastik dan cat 40%, tembaga 300%. Sudah tidak keruan," jelas Presdir PT Indomobil Sukses International Tbk, Gunadi Sindhuwinata.

Buntutnya, diprediksi terjadi koreksi pada penjualan. Indikasinya, terlihat dengan melambatnya penjualan dari lima ATPM, Toyota, Mitsubishi, daihatsu, Suzuki dan Honda. "Pasti ada koreksi, diperkirakan 5%, yang mau beli menunggu kepastian suku bunga pinjaman," kata Presdir PT TAM Johnny Darmawan.

Apa boleh buat, para pelaku otomotif nasional cuma bisa berharap pukulan itu tidak berlanjut hingga memaksa otoritas moneter mengerek BI Rate lebih tinggi lagi. "Dengan inflasi yang terjadi, penyesuaian rate hanya 0,25% masih reasonable, belum ada mesalah," kata Gunadi menyebut angka penjualan hingga Mei sudah 237.941 unit.

Interest rate menjadi pertahanan terakhir. "Suku bunga menjadi sangat penting, karena 85% penjualan adalah kredit," lanjutnya seraya berharap BI Rate tetap di posisi ideal, yaitu 8% atau di bawah itu. Perhitungannya, dengan 5%, maka kredit komersial perbankan menjadi 13 - 14%. lalu, ditambah 6% untuk menutup resiko dan biaya lain-lain, kredit konsumsi yang sampai ke konsumen bisa 20%.

Otoritas Moneter memberi sinyal target inflasi tahunan 11,2%, sehingga kalangan otomotif berharap BI Rate bertahan 8 - 9%. Dengan begini, kredit konsumsi berpeluang tetap berada di 15,25% - 16,25%.

Pentingnya suku bunga juga disampaikan Mukiat Sutikno, Managing Director PT GM AutoWorld Indonesia. "Yang krusial sebetulnya tingkat suku bunga." Alasannya pun serupa, 80% market didominasi pembelian secara kredit. Bahkan, yang lebih ke entry level atau middle low (di kelas Rp 150 jutaan ke bawah) pembelian kredit bisa 95%, segmen ini sensitif. Sedangkan GM yang kini fokus utama pada Captiva, pembelian kredit 75-80%. "Pengalaman 2005, karena inflasi tinggi maka bunga pun tinggi, bisa drop," ujarnya.

Johnny pun lebih mewaspadai inflasi, karena ini mendorong otoritas moneter menaikkan suku bunga benchmark, BI rate yang menjadi tolak ukur suku bunga komersial. "Harus diakui, bila kredit di perbankan juga dicatatkan, komposisinya bukan 50% - 500%. Riilnya untuk Toyota itu 40% cash dan 60% credit.

Sedangkan Marketing & after Sales Service Director PT HPM, Jonfis Fandy mengatakan, kecil pengaruh kenaikan BBM. "Kenaikan harga bahan baku produksi dan penentuan harga jual, nilai tukar dan bunga lebih berpengaruh. tapi, yang terpenting BI rate stabil."
Media ndonesia

2005 HABIS TERGERUS, 2008 JAGA MOMENTUM


Pengalaman pahit kenaikan BBM 2005 yang mencapai 129% menjadi pelajaran bagi otomotif nasional. Tekanan tahun ini, di antaranya dari kenaikan BBM subsidi 28,7% tak harus serta merta direspoms dengan keputusan yang sembrono. Ketua umum Gaikindo, Bambang Trisulo mengatakan, tahun ini, target awal penjualan Gaikindo tetap sama yakni 520 ribu unit, naik 36% dari 430 ribu unit di tahun 2007. "Kita mencoba menjaga momentum peningkatan ini."

Johnny Darmawan, Presdir PT TAM yang juga Wakil Ketua Gaikindo mengatakan, Gaikindo tak harus mengoreksi target 2008 sebesar 520 ribu unit. Apalagi, kenaikan BBM ini berbeda dengan kejadian Oktober 2005. "Saat itu, benar-benar sakit, Januari - September pasar kencang, lalu BBM naik di atas 100% dan pasar langsung drop."

Johnny mengatakan, kenaikan BBM ini sudah dihitung, akan memicu inflasi naik 2%, tak bisa lagi satu digit, tapi daya beli tak sampai drop. Memang, market shock 3 - 4 bulan. Kebetulan, Juni - Juli berbarengan dengan persiapan tahun ajaran baru, sehingga mungkin pasar retail terkoreksi. Toh, di semester kedua ini pun banyak mobil baru keluar menjalang IIMS ke-16.

Retail sales mungkin turun sampai agustus, tapi September sudah harus bersiap. Karena mau lebaran, orang sudah lupa, kembali lagi pada tradisi mau pulang kampung bawa mobil bagus, dapat THR. "Saya harapkan pola ini tidak berubah. Sehingga Juni sampai Agustus saja ada koreksi. September naik, biasanya stabil lagi, kalau tidak ada goyangan," ujarnya.

Sementara itu, Gunadi mengatakan, dengan kenaikan BBM ini, industri otomotif tak mau mengambil resiko, sehingga nantinya pasar terdistorsi. Berdasarkan pengalaman, setelah harga BBM akhir 2005 naik 129%, pasar meresponnya sangat drastis, sehingga penjualan 2006 turun. Saat itu, pasar turun bukan hanya kenaikan BBM, tapi daya beli tergerus inflasi 17%. Kemudian BI Rate 12,5%, interst rate komersial 17%. "Akibatnya, suku bunga yang sampai di konsumen mencapai 24-25%.

Mei lalu, presentase kenaikan BBM hanya sepertiga kenaikan 2005. Sehingga, pola penurunannya pun tak lebih dari sepertiga pola 2005. Bila mengikuti pola ini, Media Otoblitz menghitung hingga akhir tahun penjualan bisa mencapai 517.999 unit atau mendekati 520 ribu unit.

Yang jelas semua berharap kejadian 2005 tak berulang.
Media Indonesia

FAKTA, MOBIL NIAGA BERGEMING


Naiknya harga BBM, boleh saja membuat penjualan mobil penumpang (passenger car) sedikit goyang. Tapi tidak bagi mobil niaga alias commercial car. Faktanya, Januari - Mei 2008 penjualan mencapai 76.346 unit, luar biasa, naik 75,98% dibandingkan 2007 di periode yang sama.

Apa penyebabnya? "Ternyata, pertumbuhan sektor perkebunan dan pertambangan bukan main pesatnya. Daya beli di daerah, terutama di luar jawa, terus meningkat. Minimal 26%," jawab Gunadi Sindhuwinata, Presdir PT Indomobil Sukses International. Apalagi, pasar niaga masih belum bisa dipenuhi, khususnya di kategori 2 dan 3.

Presdir PT TAM, Johnny Darmawan pun melihat adanya pertumbuhan di kedua sektor itu.
Tak heran jika muncul dugaan, optimisme tercapainya target penjualan mobil tahun ini diprediksi 520.000 unit karena tertutupi oleh kenaikan commercial car yang luar biasa. "Tidak seperti itu. Niaga itu mainnya 10-11%. Paling tidak, naiknya permintaan ini menjamin kegiatan pabrik tetap berjalan. karena bila pabrik berhenti, overhead-nya bukan main, berat bagi industri dan konsumen. Kami pun terpaksa meng-absorb kerugian, yang harus dibagi-bagi sampai ke konsumen," papar Gunadi.

Performa Beberapa merek Jan – Mei 2008
Merek 2007 2008 Growth
Unit Share (%) Unit Share (%) Unit %
Mitsubishi 29.378 67,72 44.056 57,71 14.678 49,96
Toyota 4.155 9,58 12.177 15,95 8.022 193,07
Isuzu 6.459 14,89 9.864 12,92 3.405 52,72
Hino 1.992 4,59 3.734 4,89 1.742 87,45
Hyundai 38 0,09 3.585 4.70 3.547 9334,21
Ford Ranger 1.061 2,45 1.571 2,06 510 48,07
Media Indonesia

First Sight - Toyota New Alphard: YANG MAU SILAKAN ANTRE


PT TAM boleh tersenyum melihat respon luar biasa yang diperlihatkan para calon konsumen New Alphard belakangan ini. Bukan apa-apa, meski sosok versi terbaru MPV Premium Toyota ini belum lagi masuk ke pasar dalam negeri, para peminatnya sudah antre. "Daftar indennya lumayan panjang. Padahal untuk pemesanan sekarang, baru sekitar September atau Oktober mobil bisa delivery," ungkap Widyawati, Deputy GM TAM.

Versi teranyar MPV premium ini sebetulnya belum lama diluncurkan di negeri asalanya, pertengahan Juni lalu. Namun bagi para pencinta Alphard di dalam negeri, sosoknya menjadi penting karena TAM rencananya bakal memasarkannya secara langsung setelah dipamerkan di ajang pameran IIMS ke-16.

Lalu seperti apa sosok anyar MPV premium Toyota ini? Bisik-bisik yang beredar dari sumber TAM, Alphard teranyar yang diimpor ke Indonesia ini mengambil basis mobil konsep FT-MV yang pernah tampil di ajang Tokyo Motor Show 2007 silam, namun tidak seektrem tampilan mobil konsep itu. Tinggi tubuhnya bahkan tak sejangkung pendahulunya, namun ruang kabin justru lebih tinggi karena posisi lantai dibuat lebih rendah 55mm.

Mirip dengan versi Jepang yang berlabel Vellfire, tampilan eksteriornya tetap elegan sekaligus sporty, terutama bagian depannya yang menonjol lewat desain headlamp model bertingkat. Di sektor interior, kabin new Alphard menyuguhkan kenyamanan 'kelas atas' dengan sejumlah fitur ala penumpang business class.
Varian yang bakal masuk lewat pintu TAM adalah versi 3.500cc dengan spesifikasi lengkap dengan tenaga 276hp plus transmisi super ECT 6-speed. Sejauh ini memang belum ada harga resmi dari TAM. Namun, bocornya sekitar Rp 1,1 milyar.
Media Indonesia

Fost & Sullivan ASEAN Otomotive Award 2008: KATEGORI BARU: BEST VALUE FOR MONEY
Inilah tahun kedua Frost & Sullivan, perusahaan riset yang berkantor pusat di Amerika Serikat memberikan penghargaan buat industri otomotif di kawasan ASEAN. Di tahun kedua ini, mereka menetapkan kategori baru, yaitu The Best Value For Money.
Menurut Kavan Mukhtyar, Partner & Head of of the Automotive & Transportation Practice, Asia-Pasific Frost & Sullivan, kategori ini untuk mengidentifikasi mobil yang punya biaya terendah dalam kepemilikan mengingat mulai meningginya harga minyak yang juga berdampak pada sektor otomotif.

Untuk kategori ini, pihak Frost & Sullivan menetapkan Suzuki Karimun Estilo sebagai The Best value for Money di Indonesia. Dipilihnya Karimus Estilo dengan sejumlah parameter yang dijadikan acuan. Yaitu, mulai dari ongkos kerja mekanik di dealer mobil, hingga banderol resmi onderdil. "Kami mensurvei, Karimun Estilo bila dihitung cost secara total lebih murah dibanding dengan mobil lain yang sekelasnya<," jelasnya. Selain itu, bila tahun lalu, Toyota Avanza ditahbiskan sebagai model terbaik alias Best Model Of The Year di Indonesia, kini gelar itu diraih Nissan Grand Livina. "Kita melihat dari pertumbuhan Nissan Grand Livina terutama di pasar Indonesia. Grand Livina bisa establish meski bertarung dengan merek yang sudah mapan. Mereka tumbuh pesat, dari sebelumnya tidak ada begitu masuk langsung mencuri perhatian publik," ujarnya. Peraih 2008 Frost & Sullivan ASEAN Automotive Awards di Indonesia Kategori Penerima 1. Best Model of the Year PT Nissan Motor Distributor Indonesia untuk Grand Livina 2. Emerging Automotive Component Manufacturer of The Year PT Selamat Sempurna, Tbk 3. Best Value For Money of The Year PT Indomobil Niaga International untuk Suzuki Karimun Estilo 4. Automotive Finance Company of The Year Astra Credit Company 5. Automotive Distributor of The Year PT Toyota astra Motor 6. Motorcycle Manufacturer of The Year PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Otomotif 'KENAIKAN BI RATE HARUS DILAKUKAN HATI-HATI' Kalangan pelaku industri otomotif mengharapkan rencana kenaikan suku bunga acuan BI (BI rate) hendaknya dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak semakin menyulitkan industri dan masyarakat. Sepanjang Januari - Mei 2008, penjualan kendaraan bermotor di pasar domestik tercatat mencapai 236.243 unit dan hingga akhir tahun ini ditargetkan mencapai 500.000 unit hingga 520.000 unit. Presdir PT Indomobil Sukses international, Gunadi Sindhuwinata mengatakan kenaikan BI Rate diharapkan tidak terlalu tinggi atau melonjak hingga 17% seperti pada 2006. "Kenaikan BI Rate yang masih bisa ditoleransi pelaku usaha adalah di bawah 10%," ujarnya. Menurutnya, jika BI rate mampu dipertahankan di level 8,5% pasar otomotif nasional diperkirakan tidak akan tertekan pada semester II tahun ini. Selain BI rate, kata Gunadi, inflasi dan nilai tukar menjadi faktor lain yang mempengaruhi pasar otomotif nasional. Untuk itu, pemerintah diharapkan meredam laju inflasi, di mana pada Juni mencapai 11,03% (year-on-year).
Bisnis Indonesia

Kamis, Juli 03, 2008

New toyota Alphard