Minggu, Oktober 05, 2008


Tempat Jiwa Toyota Bersemayam



Nama besar Toyota gemilang di tingkat global, jaringan bisnisnya menggurita ke 170 negara di dunia.Tapi jiwanya tetap berada di Jepang, disebuah kota di Aichi Prefektur.Namanya Toyota City.


Toyota City, sebuah company town dengan 400,000 penduduk di pinggiran kota industri Nagoya. Disinilah ‘jiwa’ Toyota bersemayam menggerakkan seluruh jaringan bisnis global. Karyawan Toyota dari seluruh dunia datang ke sini untuk memahami dan mengamalkan ‘Toyota Way’. Filosofi ini sudah nyaris seperti agama bagi orang-orang Toyota.Nilai-nilai yang terkandung did dalam Toyota Way termasuk perbaikan diri terus menerus (kaizen) dan takut berpuas diri. Ketaatan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Toyota Way jadi alasan dibalik konsistensi Toyota terus berada di posisi terhormat.


Museum Toyota di Nagoya penuh aura rendah hati. Tiga pajangan pertama yang dipamerkan pada pengunjung adalah alat pintal abad 19. Ini untuk mengingatkan semua orang bahwa akar perusahaan Toyota adalah perusahaan pembuat alat pintal. Selain itu, seperti kata petugas museum, benda-benda itu merupakan bagian dari tradisi Jepang yang disebut, monozukuri.


Penuh semangat dia menjelaskan, Monozukuri simbol dari kenikmatan melakukan proses terus-terus menyempurnakan sebuah produk hingga sesempurna mungkin. “Itu adalah kata paling tepat untuk menggambarkan seperti apa Toyota itu,” kata Yoshimi Inaba, senior managing director Toyota.


Tidak melupakan sejarah membantu Toyota tetap fokus ketika perusahaan Jepang lainnya kehilangan arah. Toyota juga berhasil merawat standar kualitas tinggi di 170 negara, 51 fasilitas produksi di 26 negara.Bertahun-tahun, fasilitas perakitan Toyota meng-copy Motomachi Factory di Toyota City, dimana sense of teamwork dari 3600 pekerja-nya sangat luarbiasa.


Pabrik ini dihiasi dengan foto-foto tim olahraga perusahaan. Slogan-slogan yang ditulis sendiri oleh karyawan bergantungan di langit-langit. Setiap tim produksi punya cheery melody masing-masing yang dibunyikan saat karyawan butuh perhatian menejemen. Setiap pekerja berhak menarik kabel untuk menghentikan jalur produksi kapan saja. Untuk menghemat waktu, pekerja mengambil komponen dari trolley yang bergerak seiring jalur perakitan. Inilah salah satu inovasi yang diusulkan karyawan sendiri. Toyota mengimplementasikan 90% dari 540,000 ide yang disampaikan karyawannya setiap tahun.


Ketaatan terhadap ‘kaizen’ atau ‘penyempurnaan terus menerus’ jadi kunci sukses Toyota. Nilai-nilai itu direvitalisasi jadi slogan ‘Beat Toyota’ oleh mantan chairman Toyota, Hiroshi Okuda. “Semangat kami, ‘OK, jadi kita sudah menghasilkan miliar. Mengapa tidak mencoba menghasilkan miliar,” tukas Inaba.


Sukses Toyota membuatnya jadi pilihan utama sarjana-sarjana dari perguruan tinggi terbaik di seluruh dunia. Ketika mereka akhirnya lolos seleksi dan menjadi bagian dari Toyota, bukan pesta yang akan mereka nikmati tapi kerja keras. Simak saja apa yang dipesankan President Toyota, Fujio Cho.Didepan 1,700 karyawan baru –dalam upacara tradisional khas Jepang-, Cho memilih bicara tentang menguatnya daya saing perusahaan-perusahaan Korea Selatan dan China. “Bila kita berhenti sejenak dan rileks, segera saja kita akan menghadapai ancaman di depan mata yang menentukan kemampuan bertahan kita sebagai perusahaan,” wanti-wantinya. Dia melupakan data-data statistik tentang sukses TMC termasuk juga rekor pertumbuhan produksi Toyota di luar Jepang dalam 13 tahun terakhir.


Tidak bisa dipungkiri, rival terbesar Toyota saat ini adalah dirinya sendiri. Toyota tidak peduli apakah sudah jadi nomer satu di dunia mengalahkan GM atau tidak. Atau sudah nomer satu di USA. Tidak.. Bagi Toyota pekerjaan besar adalah berbuat lebih baik dari kemarin.


Saat ini Toyota menargetkan menjadi perusahaan otomotif pertama dalam sejarah yang bisa menjual lebih dari 10 juta mobil pertahun. Tahun lalu Toyota sudah menjual lebih dari 9 juta unit pertahun di seluruh dunia.