Kamis, Juni 19, 2008


TOYOTA KUASAI 34,6% PASAR MOBIL NASIONAL

Sepanjang Mei tahun ini, Toyota menguasai pangsa pasar otomotif domestik sebesar 34,6% dengan membukukan 17.522 unit, kendati mengalami penurunan penjualan 2,18% dibandingkan dengan kinerja bulan sebelumnya.

Kontributor terbesar penjualan Toyota pada bulan itu masih dipegang model Avanza, yang bermain di segmen low MPV. Penjualan model ini meningkat 10,13% menjadi 6877 unit dibandingkan dengan April.

Volume penjualan Avanza sebenarnya bisa lebih banyak lagi andai saja PT TAM mampu memenuhi permintaan inden konsumen.
"Sebenarnya, permintaan Avanza pada Mei mencapai 9.000 unit, tetapi kami hanya sanggup memproduksi sekitar 6.000 unit," ujar Direktur Pemasaran PT TAM Joko Trisanyoto.
Masa inden yang lama, menurutnya, antara lain berkaitan dengan penyesuaian dengan harga bahan baku yang merangkak naik.
Sementara itu, di pasar sedan -- termasuk segmen taksi - penjualan Toyota tercatat mencapai 1.342 unit dan meraih pangsa pasar 43,4%. Di kelas mini sedan, taksi Limo dan Vios meraih penjualan 373 unit dan 298 unit.
Di sisi lain, Corolla Altis yang menjadi model terlaris di kelas small sedan membukukan 379 unit terjual, sedangkan sedan Camry di kelas medium mendominasi pasar dengan angka 427 unit.
Secara keseluruhan, di segmen mobil nonkomersial Toyota memasarkan 15.750 unit atau menguasai pangsa pasar 46% dari total pasar nonkomersial pada bulan itu yang sebanyak 34.249 unit.
Di segmen kendaraan komersial, Toyota menguasai 10,8% pangsa pasar dengan penjualan mencapai 1.772 unit. Toyota Dyna merupakan penyumbang terbesar penjualan Toyota di pasar niaga ini dengan angka 1.192 unit atau menguasai 20,1% pangsa pasar kelas 2 ton, di samping Hilux yang memiliki pangsa 20,4% di kelas 4x2 medium pikap dengan volume 580 unit.
Presdien Direktur PT TAM Johnny Darmawan mengatakan penurunan yang dialaminya pada Mei masih bisa ditoleransi. "Penjualan Toyota pada Mei terbilang tinggi dilihat dari volume bulanan kuartal I."
Bisnis Indonesia

Problem Pasokan Komponen Ganggu Pabrik Mitsubishi: PASAR TRUK MEDIUM MEROSOT 27,27%
Setelah sempat mencatat angka penjualan tertinggi selama lima bulan pertama tahun ini dengan volume 616 unit sepanjang April, segmen truk kategori III mengalami penurunan pasar pada Mei sebesar 27,27%. Pada bulan tersebut, volume penjualnya truk kategori III (kelas medium) hanya sebanyak 448 unit, atau sedikit di atas kinerja pada Februari yang merupakan bulan dengan angka penjualan terendah sepanjang periode itu.
Walaupun sektor komoditas nasional sedang bergeliat -- di mana kendaraan truk banyak digunakan -- ATPM di segmen ini tampaknya tidak bisa menghindar dari dampak kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi serta kemerosotan daya beli pasar.
Mitsubishi melalui model Fuso berhasil menjadi merek terlaris di segmen ini dengan 180 unit terjual. Pancapaian ini sekaligus menggusur truk Hino yang selama tiga bulan terakhir menguasai penjualan di segmen ini.
Keberhasilan Mitsubishi ini bukan disebabkan oleh angka penjualan yang meningkat, melainkan lebih karena penurunan penjualannya terbilang sedikit dibandingkan dengan Hino.
Penjualan Mitsubishi pada mei hanya turun 21,05%, sedangkan Hino mengalami kemesorotan hingga 43,05%, dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) selaku ATPM Mitsubishi mengakui penurunan penjualan ini disebabkan oleh adanya masalah dalam proses produksi di pabrik.
Isuzu, yang belum lama ini mengubah nama perusahaan menjadi PT Isuzu Astra Motor Indonesia -- sebelumnya PT Pantja Motor -- hanya berhasil menjual satu unit sepanjang Mei 2008. Jumlah ini turun drastis dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mampu menjual sebanyak 6 unit. Selama ini, Isuzu memang lebih banyak fokus bermain di segmen truk ringan melalui merek Elf dan bersaing ketat dengan si Kepala Kuning Mitsubishi dan si kepala Biru Toyota Dyna.
Bisnis Indonesia

Inovasi Toyota Menciptakan Kendaraan Ramah Lingkungan: FOKUS PADA MOBIL HYBRID, KEMBANGKAN BATERAI SEL SURYA
Pertumbuhan industri otomotif berdampak luas pada soal lingkungan. Mulai pencemaran limbah produksi, emisi gas buang, hingga pemborosan sumber daya energi. Berbagai upaya menekan masalah lingkungan itulah yang kini sedang gencar dikampanyekan produsen otomotif di Jepang.
Toyota Motor Corp. termasuk yang sangat concern atas masalah tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, raksasa otomotif Jepang itu terus melakukan dan melahirkan inovasi. Termasuk, meluncurkan mobil ramah lingkungan atau hybrid vehicle. Mobil hybrid memanfaatkan dua atau lebih sumber tenaga. Umumnya mobil ini memakai motor listrik dan mesin pembakar internal.
"Kami punya inisiatif untuk memberikan kontribusi pada pemeliharaan bumi. Makanya, kami menggabungkan aktivitas bisnis dan pemeliharaan lingkungan lewat inovasi teknologi," kata Presiden TMC, Katsuaki Watanabe.

Japan Automobil Manufacturers Association Inc. punya estimasi, jumlah mobil di seluruh dunia bakal mencapai 1 miliar unit pada 2010. Lalu, pada 2015 diperkirakan sebesar 1,5 miliar unit. Tahun lalu total produksi mobil Toyota secara global mencapai 8,52 juta unit. Padahal, pada 1990 masih sekitar 4,89 juta unit.
Dari gambaran itu, bisa dibayangkan emisi gas buang kendaraan yang bisa menimbulkan polusi. Untuk mencegah polusi dan menipisnya sumber daya alam (energi), Toyota mulai fokus pada pengembangan mobil hybrid. Sebab, teknologi model ini dianggap paling ramah lingkungan. Selain mampu menekan penggunaan bahan bakar, mobil dengan bateri ini juga bisa mengurangi emisi gas karbon (CO2).
Menurut Watanabe, selama 10 tahun terakhir pihaknya telah memproduksi lebih dari 1 juta mobil hybrid. Toyota pun mengkalim mampu mereduksi 7 ton gas karbon (Co2) dan 2,7 juta kiloliter bensin. "Kendaraan hybrid menghasilkan emisi gas bersih, rendah Co2, dan efisien bahan bakar," ujarnya. Pada 2010, Toyota menargetkan produksi mobil hybrid 1,5 juta unit, terutama type Prius.
Watanabe mengaku, saat ini perusahaanya juga tengah menyelesaikan riset soal energi alternatif sebagai penggerak mesin mobil. Ini mengantisipasi menipisnya cadangan sekaligus melambungnya harga minyak. Ada tiga sumber energi yang sedang digarap: bioenergi, listrik dan hidrogen.
Toyota mulai menggarap proyek baterai bertenaga surya atau sistem solar cell. Tak lagi menggunakan baterai dengan bahan nikel dan metal. Proyek dengan nama Plug In-Hybrid itu sudah memasuki tahap uji coba.
Dalam uji coba, mobil lebih dulu di-charge dengan selang yang terhubung ke solar cell. Dalam waktu 3 jam, tenaga listrik yang disimpang dibaterai bisa mencapai 1.000 volt. Saat uji coba, mobil Prius Hybrid dengan baterai tenaga surya itu mampu melaju kencang. Bahkan, hingga 100km per jam. Mobil ini nyaris tak bersuara dan mengeluarkan asap.
Toyota berharap solar cell (sel Surya) bisa dimodifikasi sebagai atap rumah kelak. Sehingga juga dapat digunakan sebagai sumber listrik untuk rumah tangga.
"Infrastrukturnya belum siap, seperti SPBU. Makanya, mobil hybrid belum bisa dipasarkan di Indonesia. Kalau soal permintaan, sudah ada," kata Joko Trisanyoto.
IndoPos